Laman

Selasa, 13 Mei 2014

Penyalagunaan Kata dan Kesesuaian Pilihan Kata


PENYALAGUNAAN KATA DAN KESESUAIAN PILIHAN KATA
5. JARGON
Kata Jargon memiliki beberapa pengertian. Pertama-tama jargon mengandung makna suatu bahasa, dialek atau tutur yang dianggap semacam bahasa atau dialek hibrid yang timbul dari pencampuran bahasa-bahasa atau lingua franca. Makna yang ketiga mempunyai ketumpangtindihan dengan bahasa ilmiah. Dalam hal ini, jargon diartikan sebagai kata-kata atau teknis atau rahasia dalam suatu bidang ilmu tertentu, dalam bidang seni, perdagangan, kumpulan rahasia, atau kelompok-kelompok khusus lainnya.
            Oleh karena itu jargon merupakan bahasa yang khusus sekali, maka tidak akan banyak artinya bila dipakai untuk suatu saran yang umum sebab itu, hendaknya dihindari sejauh mungkin unsur jargon dalam sebuah tulisan umum.

Beberapa contoh akronim-akronim dan singkatan adalah sebagai berikut:

Bidang Politik

SBY = Susilo Bambang Yudoyono
PNS = Pegawai Negeri Sipil
HAM = Hak Asasi Manusia
DPR = Dewan Pewakilan Rakyat
GolKar = Golongan Karya
Pilkadal = Pemilihan Kepala Daerah Langsung

Bidang Pendidikan

DPC = Dewan Pimpihan Cabang
PTN = Perguruan Tinggi Negeri        
PTS = Perguruan Tinggi Swasta
OrMah = Organisasi Mahasiswa
UKM = Unit Kegiatan Mahasiswa
Bidang Bisnis dan Eknomik
BNI  = Bank Nasional Indonesia
BPK = Badan Pemeriksa Keuangan
Kadin = Kamar Dagang dan Industri
REI = Real Estate Indonesia
Bidang Olah raga
KONI = Komite Olah raga Nasional Indonesia
Arema = Arek Malang
PSSI = Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia
PBSI = Persatuan Bulu tangkis Seluruh Indonesia

Bidang Militeris dan Polisi

TNI = Tentara Nasional Indonesia
Polri = Polisi Republik Indonesia
Kodam = Komando Daerah Militer

Menurut Manila Times, acara televisi dan dinas pemerintah di Indonesia melakukan kesalahan dalam membuat dan menyebarkan singkatan baru.
Mengapa Orang Indonesia suka sekali membuat akronim-akronim? Dalam pendapat Pak Arjan itu untuk alasan yang sama, karena berkaitan dengan kemudahan, dan lebih cepat untuk berbicara dan ditulis. Kata panjang dalam Bahasa Indonesia merupakan dorongan munculnya akronim. Media massa suka sekali singkatan-singkatan untuk alasan ini, dan kata baru disebarkan dengan bantuan media massa.
Sampai tingkat tertentu, semua bahasa-bahasa di dunia mengunakan singkatan dan akronim, tetapi pasti di Indonesia itu lebih biasa. Menurut artikel dalam Manila Times, masalah tertinggi adalah tidak ada peraturan nasional untuk mematuhi kalau membuat singkatan atau akronim yang baru. Akibatnya, ada orang yang kuatir bahwa bahasa Indonesia mungkin memburuk dalam ‘padan lisan pesan sms hand phone’ sebab banyak akronim ini (Suwastoyo 2004).
6. KATA PERCAKAPAN
            Yang dimaksud dengan kata percakapan adalah kata-kata yang dipakai dalam percakapan atau pergaulan orang-orang yang terdidik. Termasuk didalam kategori ini adalah ungkapan-ungkapan umum dan kebiasaan menggunakan bentuk-bentuk gramatikal tertentu oleh kalangan ini. Pengertian percakapan disini sama sekali tidak boleh disejajarkan dengan bahasa yang tidak benar, tidak terpelihara atau tidak disenangi.
            Bahasa yang dimaksud disini jauh lebih luas cakupnya dari pengetian kata-kata populer dan kontruksi-kontuksi idiomatis. Kata-kata percakapan pula mencakup pula sebagian dari kata-kata ilmiah dan kata-kata tiak umum (slang) yang bisa dipakai oleh golongan terpelajar saja. Suatu bentuk dari suatu percakapan adalah singkatan-singkatan misalnya dok, prof, kep, masing-masing untuk dokter, profesor dan kapten. Seperti halnya dengan kata-kata lainnya, kata-kata percakapan ini bisa meresap kelapisan-lapisan yang lebih rendah karena sering dipakai.
            Ada banyak kontruksi yang dipergunakan oleh kaum terpelajar dalam pergaulan sehari-hari, tetapi tidak pernah dipakai dalam tulisan, bahkan dalam suatu tulisan yang bersifat informal sekalipun. Seperti halnya dengan kelas kelas bahasa yang lain, bahasa percakapan ini dapat ditulis, bila penulis bermaksud untuk menuliskan bahasa percakapan itu sendiri, seperti dalam drama dan dialog-dialog naratif. Tetapi dalam bahasa umum ataupun dalam bahasa ilmiah, unsur-unsur percakapan ini hendaknya dihindari.


7. KATA SLANG
            kata-kata slang adalah semacam kata percakapan yang tinggi atau murni. Kata slang adalah kata-kata nonstandard yang informal. Yang disusun secara khas; atau kata-kata yang biasa yang diubah secara arbitrer; atau kata-kata kiasan yang khas, bertenaga dan jenaka yang dipakai dalam percakapan. Kadang kalah kata slang  dihasilkan dari salah ucapan yang disengaja, atau kadangkala berupa pengrusakan sebuah kata biasa untuk mengisi suatu bidang makna yang lain.
            Kata-kata slang  sebenarnya bukan saja  terdapat pada golongan terpelajar,tetapi pada semua lapisan masyarakat. Tiap lapisan atau kelompok masyarakat dapat menciptakan istilah yang khusus, atau mempergunakan kata-kata yang umum dan pengertian-pengertian yang khusus, yang hanya berlaku untuk kelompoknya.
            Seperti kata-kata , kata-kata slang bertolak dari keinginan agar bahasa itu lebih hidup dan asli. Kata-kata slang sering dipinjam dari kosa kata yang khusus dalam jabatan-jabatan tertentu, kemudian diberi arti umum. Kata-kata slang juga mempunyai iuran pada  perkembangan bahasa. Banyak kata slang bergerak dari slang menuju kata  umum, bila dirasakan bahwa kata itu berguna dalam kehidupan bahasa umum. Kata-kata seperti bus, oto, taksi, Bom-H, tadinya adalah kata slang yang disingkat dar ivehiculum omnibus (kendaraan untuk umum) , auto mobil, taxy cap (kereta yang disewakan), bom-hidrogenium, pada suatu waktu adalah kata-kata slang, tetapi sekarang diterima sebagai popular.
            Kata-kata slang mengandung dua kekurangan. Pertama, hanya sedikit yang dapat hidup terus, kedua, pada umumnya kata-kata slang selalu menimbulkan ketidaksesuaian. Kata-kata slang yang suatu waktu tumbuh secara popular, akan segera hilang dari pemakaian. Ingat misalnya di Jakarta timul kata-kata : rapi jali, mana tahan dan sebagainya.kesegerannya dan daya gunanya hanya dirasakan pada saat pertama kali ia dipakai. Tetapi karena terlalu sering dipakai, segara akan lusu dan kehilangan tenaga.



4. IDIOM
Biasanya idiom disejajarkan dengan pengertian pribahasa dalam bahasa Indonesia. Sebenarnya asli, tidak mungkin hanya melalui makna daari kata-kata yang membentuknya. Misalnaya seorang asing yang sudah mengetahui makna kata makan daan tangan, tidak akan memahami makna frasa  makan tangan. Siapa yang berpikir bahwa makan tangan sama artinya dengan kena tinju atau  untung besar? Dan sealnjutnya  idiom-idiom yang  mempergunakan  kata  makan seperti: Makan garam, makan hati,(berulam jantung), makan suap, dan sebagainyahanya bisa dimengerti bila diberitahu bahwa artinya adalah berpengalaman dalam hidup, bersusah hati (karena perbuatan orang lain), menerima uang suap dan sebagainya.
Karena idiom-idiom itu bersifat tradisional dan bersifat logis, maka bentuk-bentuk itu hanya bisa dipelajari dari pengalaman-pengalaman, bukan melalui peraturan-peraturan umum bahasa.Misalnya tidak ada peraturan yang akan mengatakan bahwa peribahasa itu harus mempunyai arti sekian. Dapatkah saudara mengetahui secara langsung makna idiom: pahit lidah, panjang lidah,patah lidah,dan sebagainya?
Tetapi disamping ungkapan atau idiom yang masih dipakai karena mempunyai tenaga ada juga idiom yag sudah usang dan tidak bertenaga lagi, karena terlalu sering dipergunakan. Ungkapan semacam ini disebut klise atau stereolip. Kata-kata yang membentuknya tidak dirasakan usang , tetapi paduan kata-kata itulah yang dianggap tidak bertenaga lagi. Kata lekang yang berarti retak atau belah akan memiliki tenaga untuk menggambarkan keadaan tanahyang terbelahkarena musim kemarau yang panjang dan sinar matahari yang terik. Tetapi akan kehilangan  tenaga dalam ungkapan seperti: Adat dan pusakayang tak lekang oleh panas dan tak lapuk oleh hujan. Dalam rangka menghidupkan kata lama untuk mendiskripsikan sesuatu , kita dapat menghidupkan kata galas yang berarti”tongkat yang ditaruh dibahu untuk menyandang barang ,barang yang di sandang”. Tetapi kalau seorang yang mengerjakan suatu pekerjaan yang sia-sia atau  mencari-cari kesukaran lalu disebut sebagai” Tak ada beban mencari beban,pergi kepulau batu digalas”, akan dianggap tidak tepat lagi masanya.

5. BAHASA ARTIFISIAL
Basaha Artifisial adalah Bahasa yang disusun secara seni. Bahasa yang Artifisial tidak terkandung dalam kata yang digunakan, Tetapi dalam pemakaiannya untuk menyatakan suatu maksud. Fakta dan pernyataan-pernyataan yang sederhana dapat diungkapkan dengan sederhana dan langsung tak perlu disembunyikan.
Artifisial  : mendengar kepak sayap kelelawar dan guyuran sisa hijan dari dedaunan, karena angin pada kemuning.  
Ia mendengar resah kuda serta langka pedati ketika langit bersih kembali menampakkan bimasaki yan jauh.
Biasa        : Ia memdengar bunyi sayap kelelawar dan sisa hujan yang ditiup angin di daun.
                  Ia mendengar derap kuda dan pedati ketika langit mulai terang.
Dalam puisi atau prosa lirik memang perlu ditampilkan bahasa yang indah. Dalam menyampaikan  sesuatu secara tertulis, setiap penulis memang harus memperhatikan bagaimana dan apa yang ditulis. Tetapi bila konsentrasi lebih ditekankan kepada bagaimana ia harus menulis tanpa memperhatikan apa yang ditulis , maka tulisannya akan cenderung mengarah ketulisan yang artifisial.              













DAFTAR PUSTAKA

Ali Lukman, ed. Bahasa dan Kesusastraan Indonesia sebagai Tjermin Manusia Indonesia
                  Baru. Jakarta: Gunung Agung, 1967.

Kridalaksana, Harimurti. Kamus Sinonim Bahasa Indonesia. Ende: Nusa Indah, 1977.

Muljana, Slamet. Kaidah Bahasa Indonesia. Ende: Nusa Indah, 1969.

Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1976.

Isma, Jurnal Bulanan, diterbitkan oleh Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan                                             Ekonomi dan Sosial (LP3ES), Jakarta.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar