PENYALAGUNAAN
KATA DAN KESESUAIAN PILIHAN KATA
5.
JARGON
Kata
Jargon memiliki beberapa pengertian. Pertama-tama jargon mengandung makna suatu
bahasa, dialek atau tutur yang dianggap semacam bahasa atau dialek hibrid yang
timbul dari pencampuran bahasa-bahasa atau lingua franca. Makna yang ketiga
mempunyai ketumpangtindihan dengan bahasa ilmiah. Dalam hal ini, jargon
diartikan sebagai kata-kata atau teknis atau rahasia dalam suatu bidang ilmu
tertentu, dalam bidang seni, perdagangan, kumpulan rahasia, atau
kelompok-kelompok khusus lainnya.
Oleh karena itu jargon merupakan bahasa yang khusus
sekali, maka tidak akan banyak artinya bila dipakai untuk suatu saran yang umum
sebab itu, hendaknya dihindari sejauh mungkin unsur jargon dalam sebuah tulisan
umum.
Beberapa
contoh akronim-akronim dan singkatan adalah sebagai berikut:
Bidang Politik
SBY = Susilo
Bambang Yudoyono
PNS = Pegawai
Negeri Sipil
HAM = Hak Asasi
Manusia
DPR = Dewan
Pewakilan Rakyat
GolKar =
Golongan Karya
Pilkadal =
Pemilihan Kepala Daerah Langsung
Bidang Pendidikan
DPC = Dewan
Pimpihan Cabang
PTN = Perguruan
Tinggi Negeri
PTS = Perguruan
Tinggi Swasta
OrMah =
Organisasi Mahasiswa
UKM = Unit
Kegiatan Mahasiswa
Bidang
Bisnis dan Eknomik
BNI = Bank Nasional Indonesia
BPK = Badan
Pemeriksa Keuangan
Kadin = Kamar
Dagang dan Industri
REI = Real
Estate Indonesia
Bidang
Olah raga
KONI = Komite
Olah raga Nasional Indonesia
Arema = Arek
Malang
PSSI = Persatuan
Sepak bola Seluruh Indonesia
PBSI = Persatuan
Bulu tangkis Seluruh Indonesia
Bidang Militeris dan
Polisi
TNI = Tentara
Nasional Indonesia
Polri = Polisi
Republik Indonesia
Kodam = Komando
Daerah Militer
Menurut
Manila Times, acara televisi dan dinas pemerintah di Indonesia melakukan
kesalahan dalam membuat dan menyebarkan singkatan baru.
Mengapa
Orang Indonesia suka sekali membuat akronim-akronim? Dalam pendapat Pak Arjan
itu untuk alasan yang sama, karena berkaitan dengan kemudahan, dan lebih cepat
untuk berbicara dan ditulis. Kata panjang dalam Bahasa Indonesia merupakan
dorongan munculnya akronim. Media massa suka sekali singkatan-singkatan untuk
alasan ini, dan kata baru disebarkan dengan bantuan media massa.
Sampai
tingkat tertentu, semua bahasa-bahasa di dunia mengunakan singkatan dan
akronim, tetapi pasti di Indonesia itu lebih biasa. Menurut artikel dalam
Manila Times, masalah tertinggi adalah tidak ada peraturan nasional untuk
mematuhi kalau membuat singkatan atau akronim yang baru. Akibatnya, ada orang
yang kuatir bahwa bahasa Indonesia mungkin memburuk dalam ‘padan lisan pesan sms
hand phone’ sebab banyak akronim ini (Suwastoyo 2004).
6.
KATA PERCAKAPAN
Yang dimaksud dengan kata percakapan adalah kata-kata yang
dipakai dalam percakapan atau pergaulan orang-orang yang terdidik. Termasuk
didalam kategori ini adalah ungkapan-ungkapan umum dan kebiasaan menggunakan
bentuk-bentuk gramatikal tertentu oleh kalangan ini. Pengertian percakapan
disini sama sekali tidak boleh disejajarkan dengan bahasa yang tidak benar,
tidak terpelihara atau tidak disenangi.
Bahasa yang dimaksud disini jauh lebih luas cakupnya dari
pengetian kata-kata populer dan kontruksi-kontuksi idiomatis. Kata-kata
percakapan pula mencakup pula sebagian dari kata-kata ilmiah dan kata-kata tiak
umum (slang) yang bisa dipakai oleh golongan terpelajar saja. Suatu bentuk dari suatu
percakapan adalah singkatan-singkatan misalnya dok, prof, kep, masing-masing untuk dokter, profesor dan kapten. Seperti halnya dengan kata-kata
lainnya, kata-kata percakapan ini bisa meresap kelapisan-lapisan yang lebih
rendah karena sering dipakai.
Ada banyak kontruksi yang dipergunakan oleh kaum
terpelajar dalam pergaulan sehari-hari, tetapi tidak pernah dipakai dalam tulisan,
bahkan dalam suatu tulisan yang bersifat informal sekalipun. Seperti halnya
dengan kelas kelas bahasa yang lain, bahasa percakapan ini dapat ditulis, bila
penulis bermaksud untuk menuliskan bahasa percakapan itu sendiri, seperti dalam
drama dan dialog-dialog naratif. Tetapi dalam bahasa umum ataupun dalam bahasa
ilmiah, unsur-unsur percakapan ini hendaknya dihindari.
7.
KATA SLANG
kata-kata
slang adalah semacam kata percakapan
yang tinggi atau murni. Kata slang
adalah kata-kata nonstandard yang informal. Yang disusun secara khas; atau
kata-kata yang biasa yang diubah secara arbitrer; atau kata-kata kiasan yang
khas, bertenaga dan jenaka yang dipakai dalam percakapan. Kadang kalah kata slang
dihasilkan dari salah ucapan yang disengaja, atau kadangkala berupa
pengrusakan sebuah kata biasa untuk mengisi suatu bidang makna yang lain.
Kata-kata
slang
sebenarnya bukan saja terdapat
pada golongan terpelajar,tetapi pada
semua lapisan masyarakat. Tiap lapisan atau kelompok masyarakat dapat
menciptakan istilah yang khusus, atau mempergunakan kata-kata yang umum dan
pengertian-pengertian yang khusus, yang hanya berlaku untuk kelompoknya.
Seperti
kata-kata , kata-kata slang bertolak
dari keinginan agar bahasa itu lebih hidup dan asli. Kata-kata slang sering dipinjam dari kosa kata
yang khusus dalam jabatan-jabatan tertentu, kemudian diberi arti umum.
Kata-kata slang juga mempunyai iuran
pada perkembangan bahasa. Banyak kata
slang bergerak dari slang menuju kata
umum, bila dirasakan bahwa kata itu berguna dalam kehidupan bahasa umum.
Kata-kata seperti bus, oto, taksi, Bom-H, tadinya adalah kata slang
yang disingkat dar ivehiculum omnibus
(kendaraan untuk umum) , auto mobil, taxy
cap (kereta yang disewakan), bom-hidrogenium,
pada suatu waktu adalah kata-kata slang,
tetapi sekarang diterima sebagai popular.
Kata-kata slang mengandung dua kekurangan.
Pertama, hanya sedikit yang dapat hidup terus, kedua, pada umumnya kata-kata slang selalu menimbulkan
ketidaksesuaian. Kata-kata slang yang
suatu waktu tumbuh secara popular, akan segera hilang dari pemakaian. Ingat
misalnya di Jakarta timul kata-kata : rapi
jali, mana tahan dan
sebagainya.kesegerannya dan daya gunanya hanya dirasakan pada saat pertama kali
ia dipakai. Tetapi karena terlalu sering dipakai, segara akan lusu dan
kehilangan tenaga.
4.
IDIOM
Biasanya
idiom disejajarkan dengan pengertian pribahasa dalam bahasa Indonesia.
Sebenarnya asli, tidak mungkin hanya melalui makna daari kata-kata yang
membentuknya. Misalnaya seorang asing yang sudah mengetahui makna kata makan
daan tangan, tidak akan memahami makna frasa
makan tangan. Siapa yang berpikir bahwa makan tangan sama artinya dengan
kena tinju atau untung besar? Dan
sealnjutnya idiom-idiom yang mempergunakan
kata makan seperti: Makan garam,
makan hati,(berulam jantung), makan suap, dan sebagainyahanya bisa dimengerti
bila diberitahu bahwa artinya adalah berpengalaman dalam hidup, bersusah hati
(karena perbuatan orang lain), menerima uang suap dan sebagainya.
Karena
idiom-idiom itu bersifat tradisional dan bersifat logis, maka bentuk-bentuk itu
hanya bisa dipelajari dari pengalaman-pengalaman, bukan melalui peraturan-peraturan
umum bahasa.Misalnya tidak ada peraturan yang akan mengatakan bahwa peribahasa
itu harus mempunyai arti sekian. Dapatkah saudara mengetahui secara langsung
makna idiom: pahit lidah, panjang lidah,patah lidah,dan sebagainya?
Tetapi
disamping ungkapan atau idiom yang masih dipakai karena mempunyai tenaga ada
juga idiom yag sudah usang dan tidak bertenaga lagi, karena terlalu sering
dipergunakan. Ungkapan semacam ini disebut klise atau stereolip. Kata-kata yang
membentuknya tidak dirasakan usang , tetapi paduan kata-kata itulah yang
dianggap tidak bertenaga lagi. Kata lekang yang berarti retak atau belah akan
memiliki tenaga untuk menggambarkan keadaan tanahyang terbelahkarena musim
kemarau yang panjang dan sinar matahari yang terik. Tetapi akan kehilangan tenaga dalam ungkapan seperti: Adat dan
pusakayang tak lekang oleh panas dan tak lapuk oleh hujan. Dalam rangka
menghidupkan kata lama untuk mendiskripsikan sesuatu , kita dapat menghidupkan
kata galas yang berarti”tongkat yang ditaruh dibahu untuk menyandang barang
,barang yang di sandang”. Tetapi kalau seorang yang mengerjakan suatu pekerjaan
yang sia-sia atau mencari-cari kesukaran
lalu disebut sebagai” Tak ada beban mencari beban,pergi kepulau batu digalas”,
akan dianggap tidak tepat lagi masanya.
5.
BAHASA ARTIFISIAL
Basaha
Artifisial adalah Bahasa yang disusun secara seni. Bahasa yang Artifisial tidak
terkandung dalam kata yang digunakan, Tetapi dalam pemakaiannya untuk
menyatakan suatu maksud. Fakta dan pernyataan-pernyataan yang sederhana dapat
diungkapkan dengan sederhana dan langsung tak perlu disembunyikan.
Artifisial : mendengar kepak sayap kelelawar dan guyuran sisa hijan dari
dedaunan, karena angin pada kemuning.
Ia
mendengar resah kuda serta langka pedati ketika langit bersih kembali menampakkan
bimasaki yan jauh.
Biasa : Ia memdengar bunyi sayap kelelawar dan
sisa hujan yang ditiup angin di daun.
Ia
mendengar derap kuda dan pedati ketika langit mulai terang.
Dalam
puisi atau prosa lirik memang perlu ditampilkan bahasa yang indah. Dalam
menyampaikan sesuatu secara tertulis,
setiap penulis memang harus memperhatikan bagaimana dan apa yang ditulis.
Tetapi bila konsentrasi lebih ditekankan kepada bagaimana ia harus menulis
tanpa memperhatikan apa yang ditulis , maka tulisannya akan cenderung mengarah
ketulisan yang artifisial.
DAFTAR PUSTAKA
Ali
Lukman, ed. Bahasa dan Kesusastraan
Indonesia sebagai Tjermin Manusia Indonesia
Baru. Jakarta: Gunung
Agung, 1967.
Kridalaksana,
Harimurti. Kamus Sinonim Bahasa
Indonesia. Ende: Nusa Indah, 1977.
Muljana,
Slamet. Kaidah Bahasa Indonesia.
Ende: Nusa Indah, 1969.
Poerwadarminta,
W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1976.
Isma,
Jurnal Bulanan, diterbitkan oleh Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan
Penerangan
Ekonomi dan Sosial (LP3ES), Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar